SKRIPSI TEKNOLOGI PERTANIAN
RANCANG BANGUN DAN UJI TEKNIS ALAT PENYAMBUNG SERAT NENAS DENGAN SISTEM PEMANAS
SUMMARY
RICKZON S. The Construction Design and Technical Testing of Pineapple Leaf Fibre Connecting Equipment Using Heater System (Supervised by AMIN REJO and ENDO ARGO KUNCORO).
The research objective was to design and to test the pineapple leaf fibre connecting equipment using polyvinyl alcohol and electrical element heater as well as to determine the draw force of the resulting pineapple leaf fibre.
This study was consisted of five stages. The first stage was preliminary study, the second was equipment construction, the third was technical analysis, the fourth was equipment testing, and the fifth was fibre testing.
The results showed that the connecting process using pineapple leaf fibre connecting equipment with heating system had produced relatively good quality fibre which in turn helped the local craftsman in production of pineapple leaf fibre having good draw force value for weaving venture.
The pineapple leaf fibre connecting equipment with heating system had capacity of 0.02124 kg/Hour which was operated by two operators. It had maximum operating temperature of 800C which reached an evenly distributed temperature within 45 minutes period, whereas the power requirement was 317.3 W.
The dry test result on draw force of fibre showed that connecting process with polyvinyl alcohol produced better yield than that of knot connection. Draw force value of fibre for connecting process with polyvinyl alcohol was 0,595 1010 N/m2, whereas draw force value of fibre for knot connection was 0,136 1010 N/m2. The draw force of fibre using wet test showed that draw force value of fibre for connecting process with polyvinyl alcohol was 0,066 1010 N/m2 , whereas draw force value of fibre for knot connection was 0,083 1010 N/m2.
The curly test of fibre showed that connecting process with polyvinyl alcohol had lower curly value with magnitude of 1.182 %. This value was less than that of knot connection with magnitude of 1.792 %. The latter value was bigger than that of curly value before connection with magnitude of 1.284 %.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PENGGUNAAN METODE FUZZY DALAM PENENTUAN KEKRITISAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAERAH SUBDAS CIPELES
Hingga tahun 2000, luas lahan kritis di seluruh Indonesia mencapai ± 8.136.646 ha untuk kawasan hutan dan ± 21.944.595,70 ha untuk lahan di luar kawasan hutan. Dalam mengembalikan fungsi hutan dan lahan, memerlukan RHL yang harus didukung informasi obyektif dan teridentifikasi secara menyeluruh, yaitu dengan bantuan SIG.
Penentuan kekritisan dengan SIG saat ini, diatur berdasarkan Peraturan Direktur Jendral Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial – DEPHUT, SK.167/V-SET/2004. Dalam aplikasinya, tiap parameter diolah menggunakan metode skoring/WLC untuk mendapatkan nilai kualitatif kekritisan lahan.
Metode skoring mengidentifikasi kriteria himpunan tiap parameter kekritisan lahan kedalam skor dan bernilai kualitatif, yang merupakan klasifikasi Boolean, dimana batasannya dinyatakan secara diskrit. Hal ini menimbulkan ketidakpastian identifikasi, ketidakpastian kualitatif, dan meta-ketidakpastian.
Salah satu cara untuk mengurangi ketidakpastian adalah dengan menggunakan pendekatan metode fuzzy. Logika Fuzzy adalah peningkatan dari logika Boolean/klasik, dengan menggantikan istilah binari Boolean dengan tingkat kebenaran/derajat keanggotaan yang diperkenalkan oleh Dr. Lotfi Zadeh pada tahun 1965. Dalam aplikasi metode fuzzy, manipulasi data menggunakan klasifikasi fuzzy dengan fungsi keanggotaan Kainz, sedangkan analisis data menggunakan FIS Mamdani.
Tujuan dari penelitian ini, adalah menghasilkan informasi kekritisan lahan yang lebih mendekati keadaan sebenarnya kekritisan lahan dilapangan, dengan cara mengatasi permasalahan ketidakpastian. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif komparatif, dengan membandingkan kekritisan lahan hasil pengolahan metode skoring dan metode fuzzy dengan data di lapangan yang diambil secara random sampling purposif, menggunakan uji peringkat-bertanda Wilcoxon, untuk mendapatkan metode terbaik yang paling mendekati keadaan sebenarnya..
Berdasarkan hasil penelitian, metode fuzzy dengan fungsi keanggotaan Kainz dan FIS Mamdani dapat meminimalisasi masalah ketidakpastian identifikasi dan ketidakpastian kualitatif, dan meta-ketidakpastian. Berdasarkan hasil uji Wilcoxon, aplikasi metode fuzzy dengan defuzzifikasi COG (center of gravity) lebih optimal dalam menentukan kekritisan lahan dibandingkan metode lainnya. Karena metode ini, merupakan satu-satunya metode yang lolos dalam 4 analisis uji Wilcoxon.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
RANCANG BANGUN DAN UJI KINERJA BIODIGESTER PLASTIK POLYETHILENE SKALA KECIL
Kharistya Amaru, 2004. Rancang Bangun Dan Uji Kinerja Biodigester Plastik Polyethilene Skala Kecil. Di bawah bimbingan Ari Sufyandi dan Mimin Muhaemin.
Potensi kotoran hewan di Desa Cidatar sebagai bahan pembuatan gas bio sebenarnya cukup besar namun belum banyak dimanfaatkan, bahkan dapat menimbulkan masalah pencemaran dan kesehatan lingkungan karena umumnya dibuang di sungai. Penggunaan biodigester dapat membantu pengembangan sistem pertanian dengan mendaur ulang kotoran hewan untuk memproduksi gas bio dan diperoleh hasil samping berupa pupuk organik dengan mutu yang baik. Walaupun demikian penggunaan biodigester konvensional tidak mudah untuk diaplikasikan pada peternak kecil karena biaya pembuatannya yang mahal, kurangnya tenaga ahli dan pemeliharaan yang rumit.
Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun biodigester yang mudah dirakit, murah dan berkinerja baik yang terbuat dari plastik polyethilene untuk peternak kecil (3-5 ekor sapi perah).
Penelitian ini menghasilkan rancangan biodigester yang berbahan dasar plastik polyethilene dengan spesifikasi sebagai berikut: biodigester dengan volume total 11 m3 , volume basah 8,8 m3, waktu proses 40 hari, isian bahan 220 kg/hari, kemiringan lubang 2o, luas lahan 18 m2, dan memiliki penampung gas dengan dimensi tinggi 4,6 m, diameter 0,954 m, volume efektif 2,5 m3.
Berdasarkan hasil uji kinerja, didapatkan temperatur yang bekerja pada biodigester berkisar pada 19 – 20 oC, tingkat keasaman bahan 6,58 – 7,7 masih berada dalam batas yang baik bagi bakteri untuk tumbuh, dekomposisi VS mencapai 34 %. Kapasitas produksi 1,44 m3/hari atau dapat digunakan memasak 3
– 4 jam dan laju produksi 0,16 m3/kg VS.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan meningkatnya populasi manusia dan meningkatnya taraf hidup masyarakat, kebutuhan energi semakin meningkat. Berbagai jenis bentuk energi telah digunakan oleh manusia seperti batubara, minyak bumi, dan gas alam. Selain itu bahan bakar tradisional, yaitu kayu walaupun masih digunakan, penggunaannya terbatas dengan berkurangnya hutan sebagai sumber kayu. Masalah lingkungan global dan persediaan yang terbatas merupakan masalah penting yang dihadapi oleh manusia saat ini.
PENGARUH PUPUK KIESERIT TERHADAP PERTUMBUHAN
Penelitian tentang “ PENGARUH PUPUK KIESERIT TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT ( Elaeis quineensis. Jacg ) AKIBAT DI PEMBIBITAN AWAL ( Pre Nursery ) “ telah dilaksanakan oleh H. BUHARI di Desa Peranap Kecamatan Peranap Kabupaten Indragiri Hulu selama tiga bulan mulai dari bulan Oktober sampai dengan bulan Januari 2008 dibimbing oleh bapak Ir. MURYANTO sebagai pembimbing I dan ibu Dra. SEPRITA LIDAR, M.Si sebagai pembimbing II.
Adapun tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh dan mendapatkan dosis Kieserit yang terbaik terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit di pembibitan awal (Pre Nursery).
Penelitian ini telah dilaksanakan secara eksperimen dengan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan perlakuan pupuk Kieserit (K) sebanyak 6 taraf yaitu tanpa perlakuan, 0,0 gr/tanaman, perlakuan, 1 gr/tanaman, perlakuan, 1,5 gr/tanaman, 2 gr/tanaman dan perlakuan, 2,5 gr/tanaman. Adapun parameter yang diamati adalah tinggi bibit, diameter batang, jumlah daun, luas daun, jumlah akar dan panjang akar bibit kelapa sawit.
Berdasarkan analisa sidik ragam diperoleh bahwa pemberian dosis pupuk Kieserit memberikan pengaruh terhadap tinggi bibit, diameter batang, jumlah daun, luas daun, jumlah akar dan panjang akar bibit kelapa sawit sedangkan dosis yang terbaik adalah 1,5 gr/tanaman.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelapa sawit ( Elaeis quineensis. Jacg ) merupakan – tanaman palma yang termasuk komoditi andalan di sektor perkebunan. Hal ini dikarenakan permintaan minyak sawit yang semakin meningkat, selain itu sebagai salah satu komoditi andalan ekspor non migas, perkebunan kelapa sawit juga dapat menciptakan kesempatan kerja dan sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat. Kelapa sawit dapat digunakan untuk pembuatan sabun, minyak goreng, kosmetik dan bahan minyak biodisel.
RANCANG BANGUN PROTOTIPE REAKTOR BIO GAS LIMBAH SAPI DENGAN PENGATURAN TEMPERATUR DAN DERAJAT KEASAMAN
Bio-gas technology is the transformation of solid waste through anaerobic digestion process to obtain bio-gas such as methane. The bio gas reactor that has been build use the continuous system, it’s mean sludge can floating from inlet tank to outlet pit by gravitation force. the prototype made from unused oil drum with 200 liter volume and designed to fill with cow dung. To maintain an anaerobic treatment system that will stabilize an organic waste efficiently, the nonmethanogenic and methanogenic bacteria must be in a state of dynamic equilibrium. To establish and maintain such a state, this bio gas reactor prototype controlled the pH of the aqueous environment in range from 6 to 7 with presented sufficient alkalinity to ensure that the pH will not drop below 6. Temperature is another important environmental parameter, this prototype also completed with boiler to ensure optimum temperature in range 30 to 40°C. This prototype can produce 15,88 liter bio gas in 30oC and pH 6 environment (A1B1); 17,35 liter bio gas in 30oC and pH 7 environment (A1B2); 18,03 liter bio gas in 40oC and pH 6 environment (A2B1); 18,68 40oC and pH 7 environment (A2B2). If this system applied to fulfill home needed, it must takes a digester with 4,7 m3. This volume is much more efficient if compare with the conventional bio gas digester.
Keywords: cow dung, sludge, digester, fermentation, bio gas, pH and temperature
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setelah terjadinya krisis energi yang mencapai puncak pada dekade 1970, dunia menghadapi kenyataan bahwa persediaan minyak bumi, sebagai salah satu tulang punggung produksi energi terus berkurang. Bahkan beberapa ahli berpendapat, bahwa dengan pola konsumsi seperti sekarang, maka dalam waktu 50 tahun cadangan minyak bumi dunia akan habis (Pinske, 1993 dalam Salim, 2005).
Cara pengendalian Penggunaan insektisida pada tanaman holtikultura
A.Latar Belakang Penelitian
Indonesia memiliki flora yang sangat beragam, mengandung cukup banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang merupakan sumber bahan insektisida yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama. Dewasa ini penelitian tentang famili tumbuhan yang berpotensi sebagai insektisida nabati dari penjuru dunia telah banyak dilaporkan. Lebih dari 1500 jenis tumbuhan telah dilaporkan dapat berpengaruh buruk terhadap serangga (Grainge dan Ahmed, 1987).
Laporan dari berbagai propinsi di Indonesia menyebutkan lebih 40 jenis tumbuhan berpotensi sebagai pestisida nabati (Direktorat BPTP dan Ditjenbun, 1994). Hamid dan Nuryani (1992), mencatat di Indonesia terdapat 50 famili tumbuhan penghasil racun. Namun hal ini tidak menutup kemungkinan untuk ditemukannya famili tumbuhan yang baru. Didasari oleh banyaknya jenis tumbuhan yang memiliki khasiat insektisida maka penggalian potensi tanaman sebagai sumber insektisida nabati sebagai alternatif pengendalian hama tanaman cukup tepat.
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Indonesia memiliki flora yang sangat beragam, mengandung cukup banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang merupakan sumber bahan insektisida yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama. Dewasa ini penelitian tentang famili tumbuhan yang berpotensi sebagai insektisida nabati dari penjuru dunia telah banyak dilaporkan. Lebih dari 1500 jenis tumbuhan telah dilaporkan dapat berpengaruh buruk terhadap serangga (Grainge dan Ahmed, 1987).
PERB.PROD. DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH ANTARA VARIETAS CISANTANA & VARIETAS WAY APOBURU DI KEL. NGKARINGKARI KEC. BUNGI
Penelitian ini diarahkan untuk menjawab beberapa permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut : (1) berapa besar produktivitas dan pendapatan usahatani padi sawah varietas Cisantana dan Way Apoburu; (2) apakah berbedaan produktivitas dan pendapatan usahatani padi sawah antara varietas Cisantana dan Way Apoburu berbeda nyata. Tujuan penelitian adalah : (1) untuk mengetahui besarnya produktivitas dan pendapatan usahatani padi sawah varietas Cisantana dan Way Apoburu; (2) untuk menganalisis berbedaan produktivitas dan pendapatan usahatani padi sawah antara varietas Cisantana dan Way Apoburu. Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : (1) sebagai bahan kajian dan referensi bagi pengembangan keilmuan yang lebih luas, khususnya di bidang usahatani padi sawah melalui penggunaan varietas unggul; (2) sebagai bahan informasi dan masukan bagi pemerintah (Dinas PKK Kota Bau-Bau) dalam mengambil suatu kebijakan di bidang pertanian secara umum, khususnya dalam bidang tanaman pangan; (3) sebagai bahan masukan dan informasi bagi petani, khususnya dalam memilih jenis varietas yang baik dan tepat yang mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan usahatani; dan (4) bahan pembanding lanjutan dengan skop yang lebih luas.
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengaruh Pemberian Susu Berkalsium Tinggi terhadap Kadar Kalsium Darah dan Kepadatan Tulang Remaja Pria
SURYONO. The Effects of High Calcium Milk Consumption on Blood
Calcium Concentration and Bone Density of Adolescents Boys. Under
supervision of ALI KHOMSAN, DRAJAT MARTIANTO, BUDI SETIAWAN,
and DADANG SUKANDAR.
Milk consumption during adolescence is considered as an early mean of
preventing osteoporosis in adults. Augmenting bone mass during adolescence has
been suggested as an effort to prevent osteoporosis, because adolescents may
represent the final opportunity for substantially increasing bone mass. Studies in
adolescents demonstrate that increasing consumption of milk benefits bone health
and that low intake of milk may increase the risk of bone fractures during growth.
This study is a part of “Feeding Program for Needy Students” for TPB IPB
students.
The objectives of this study were to determine the effects of high calcium
and fresh milk on blood calcium concentration and bone density of adolescent
boys. Variables measured in this study were blood calcium concentration and
bone density of spine, trunk, head, arms, ribs, pelvis and legs. Analysis of blood
was conducted at SEAMEO TROPMED FK-UI Jakarta and PMI Laboratory
Bogor, while bone density was analyzed at Densitometry Unit, Teratai Clinics,
RSCM Jakarta.
Results of the study indicated that high calcium milk consumption
treatments in 4 months was able to increase bone density of spine and trunk. It
was found that high calcium consumption treatments showed significant effects
(p<0.01) on bone density of spine and trunk. High calcium milk consumption
treatments with 750 ml per day had better effects on bone density of spine and
trunk than others. However, high calcium milk consumption treatments in this
study were not significant effects (p>0.05) on blood calcium concentration, and
bone density of head, arms, ribs, pelvis and legs. The effects of fresh milk
consumption treatments in this study were not significant (p>0.05) on blood
calcium concentration and bone density.
Keywords : high calcium milk, adolescent boys, blood calcium concentration,
bone density.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang diperlukan oleh
tubuh manusia. Konsumsi susu pada saat remaja terutama dimaksudkan untuk
memperkuat tulang sehingga tulang lebih padat, tidak rapuh dan tidak mudah terkena
risiko osteoporosis pada saat usia lanjut. Agar tulang menjadi kuat, diperlukan asupan zat
gizi yang cukup terutama kalsium. Kalsium merupakan zat utama yang diperlukan dalam
pembentukan tulang, dan zat gizi ini antara lain dapat diperoleh dari susu. Pada susu juga
IDENTIFIKASI KANDUNGAN FITOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BIJI TERUNG PUCUK (Solanum macrocarpon L)
RISSA ANDRIANA. The Identification of Phytochemicals Compounds and
Antioxidant Activity of Pucuk Eggplant Seed Extract (Solanum Macrocarpon L)
(Supervised by BASUNI HAMZAH and ELMEIZY ARAFAH).
The Pucuk eggplant (Solanum Macrocarpon L) grows in area of Muara Sae
village, subdistrict of Pengandonan, in Ogan Komering Ulu (OKU) regency. The
inhabitants like to consume the young eggplants freshly, while the mature eggplants
are not consumed because of their bitter taste. The objective of this research was to
identify the substance of phytochemicals compounds and to learn antioxidant activity
which was found in mature seed extract of the Pucuk eggplant.
The research was done in the Agricultural Product Chemistry Laboratory,
Technology of Agricultural Department of Agricultural Faculty and Bioprocess
Laboratory, Sriwijaya University, Indralaya. The research was conducted from May
to October 2006.
The sample of the eggplant was taken from Muara Sae village, subdistrict of
Pengandonan, in OKU regency. The samples were the fresh mature seed of the
eggplant and powder mature seed of the eggplant. The extraction method used in
this research was maceration method that methanol and ethanol were used as the
solvents. The extraction period was five days. The dependent variables that were
observed in this research were the extract throughput, the chemical analysis of the
seed extract of the eggplant, phenol total content, reduction activity and the analysis
of antioxidant activity.
The mature extract seed of Pucuk eggplant contained alkaloid, phenol
hydroquinone and tannin. The result of the research showed that phytochemicals
compounds of the eggplant
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sayuran dan buah-buahan merupakan sumber utama serat makanan, vitamin
C, asam folat, senyawa metabolit sekunder seperti karotenoid, flavonoid, dan
senyawa-senyawa spesifik lainnya. Metabolit sekunder yang berasal dari tanaman
disebut juga fitokimia. Senyawa fitokimia yang terdapat dalam tanaman merupakan
sumber antioksidan alami. Secara umum, antioksidan didefinisikan sebagai zat yang
dapat menunda, memperlambat dan mencegah terjadinya proses oksidasi lipida
(Kochhar dan Rossell, 1990).
ANALISIS TEKNIK DAN FINANSIAL PADA PRODUK BAHAN BAKAR BRIKET DARI CANGKANG KELAPA SAWIT
RITA SEKIANTI. The Technical and Financial Analysis of Briquette Fuel from
Palm Oil Kernel (Supervised by RAHMAD HARI PURNOMO and HASBI).
The objective of this research was to analyze briquette fuel product from palm
oil kernel using technical and financial aspects which in turn could be applied on
business scale.
T he research was conducted at Workshop and Agricultural Product Chemistry
Laboratory of Agricultural Technology Department, Faculty of Agriculture,
Sriwijaya University, and Chemical and Civil Engineering Laboratory of Sriwijaya
Polytechnic from January to September 2007.
T h i s research was carried out by using technical and financial analysis.
Technical analysis consisted of dimension of briquette, physical characteristics,
moisture content, and caloric value. Financial analysis consisted of cost analysis,
investment analysis (NPV, Net B/C, IRR, and BEP), and sensitivity analysis.
The result showed that briquette had dimension as cylinder with diameter of 2
cm and average height of 4.9 cm. Physically, briquette was not easily broken and
capable to sustain the pressure up to 0.464 kg.cm-2 . Average moisture content was
6.4% and caloric value was 4,439.417 cal.kg-1
Production of briquette fuel from palm oil kernel was financially feasible since it
had NPV value of 8,356,655 rupiahs and Net B/C value of 1.21 which was higher
than feasibility threshold value (NPV greater than 0 and Net B/C greater than 1) and IRR value of 29.6%. The BEP value was 1,068 rupiahs in term of product price and
9,402.15 kilograms in term of production volume.
Result of sensitivity analysis that related to 10% increase of production cost and
10% decrease of selling price showed that production of briquette fuel from palm oil
kernel was still feasible.
RITA SEKIANTI. Analisis Teknik dan Finansial pada Produk Bahan Bakar Briket dari Cangkang Kelapa Sawit (Dibimbing oleh RAHMAD HARI PURNOMO dan HASBI).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis produk bahan bakar briket dari cangkang kelapa sawit secara teknis dan finansial sehingga dapat diterapkan pada skala bisnis.
ANALISIS TEKNIS SUDU KINCIR ANGIN TIPE SUMBU HORIZONTAL DARI BAHAN FIBREGLASS
DESRIANSYAH. Technical Analysis of Horizontal Axe Blade-Type Windmill from
Fibreglass. (Supervised by R. MURSIDI and RAHMAD HARI PURNOMO).
The objective of this research was to conduct technical analysis of horizontal
axe blade-type windmill from fibreglass. The research was conducted from June to
Oktober 2006 at laboratory of Agricultural Engineering Study Program and trial
garden of Agricultural Faculty, Sriwijaya University, Indralaya.
The method used in this study was engineering design consisting of design
approach, equipment construction and field trial of the equipment. The equipment
field trial was set up on open land having a distance of 10 m from all buildings and
trees.
The energy produced by this windmill was affected by wind speed and rpm.
The result of this research showed that energy produced by windmill on the 0.037
Hp to 0.053 Hp. The highest energy produced by windmill with magnitude of
0.053 Hp was produced on fifth day. The smallest energy produced by windmill
with magnitude of 0.037 Hp was produced on fourth day. On first day energy
produced by windmill with magnitude of 0.04 Hp. On second day energy produced
by windmill with magnitude of 0.052 Hp. On Third day energy produced by
windmill with magnitude of 0.041 Hp.
DESRIANSYAH. Analisis Teknis Sudu Kincir Angin Tipe Sumbu Horizontal Dari
Bahan Fibreglass. (Dibimbing oleh R. MURSIDI dan RAHMAD HARI
PURNOMO).
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis teknis sudu kincir angin
tipe sumbu horizontal dari bahan fibreglass. Penelitian dilakukan dari bulan Juni
sampai Oktober 2006. Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Teknik Pertanian dan
Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, Indralaya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga yaitu tahap pendekatan
Modifikasi Alat Penyerut Daun Nenas Tipe Silinder
Nenas memiliki berbagai varietas yaitu Cayenne, Queen, Spanyol,
Abacacy. Nenas yang dibudidayakan di Sumatera Selatan adalah varietas Queen,
dengan beberapa ciri antara lain mempunyai daun sangat keras, berukuran lebih
pendek dari ukuran daun jenis lainnya yaitu berkisar antara 35 cm hingga 60 cm
dan berduri tajam, buah lonjong dan berbentuk kerucut dengan rasa yang manis
serta mempunyai warna kuning kemerahan
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nenas merupakan salah satu tanaman buah yang banyak dibudidayakan di
daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini mempunyai banyak manfaat terutama
pada buahnya. Industri pengolahan buah nenas di Indonesia menjadi prioritas
tanaman yang dikembangkan, karena memiliki potensi ekspor. Volume ekspor
terbesar untuk komoditas hortikultura berupa nenas olahan yaitu 49,32 % dari
total ekspor hortikultura Indonesia tahun 2004 (Biro Pusat Statistik, 2005).
Propinsi Sumatera Selatan dikenal sebagai daerah penghasil nenas dengan
RANCANG BANGUN ALAT PEMANGGANG KERUPUK KEMPLANG
Rancang bangun alat pemanggang kemplang dilakukan untuk mengatasi beberapa
kelemahan yang terdapat pada proses pemanggangan secara tradisional. Rancangan ini
dilakukan dengan menggunakan pendekatan rancangan teknik dan rancangan fungsional.
Rancangan teknik dalam hal ini meliputi pemilihan bahan yang digunakan, ukuran alat,
dan bentuk alat. Rancangan fungsional meliputi fungsi dari masing masing bagian alat
yang akan menentukan kinerja alat secara menyeluruh.
BAB I
PENDAHULUAN
Kerupuk kemplang merupakan makanan tradisional yang populer di daerah
Sumatera, khususnya di Palembang. Produk kerupuk kemplang terbuat dari daging ikan,
garam, tepung tapioka dan bumbu, yang dicampur dalam bentuk adonan dan diiris dengan
ketebalan 2 sampai 3 mm. Pembuatan kemplang biasanya dilakukan dengan cara digoreng
dan dipanggang (Mohamed, 1998). Kemplang panggang sangat sesuai bagi konsumen
yang mempunyai pantangan terhadap makanan berminyak (Romlah dan Tri Wardani,
1999).
Permintaan akan produk krupuk kemplang panggang terus meningkat tiap tahun.
PENGGUNAAN BAKTERI ASAM LAKTAT DARI TEMPOYAK PADA FERMENTASI SARI BUAH NANAS DENGAN PENAMBAHAN JENIS DAN KONSENTRASI SUMBER NITR
AGUS LENA. The Use of Lactic Acid Bacteria (LAB) from Tempoyak in Pineapple
Juice Fermentation with The Addition of Different Types and Concentrations of
Nitrogen (N) Sources (Supervised by NURA MALAHAYATI and TRI WARDANI
WIDOWATI).
The objective of this research was to study the influence of different types and
concentrations of nitogen (N) sources to chemical, microbiology, and organoleptic
characteristics of fermented pineapple juice by lactic acid bacteria (LAB). The
research was conducted at Chemical Laboratory of Agricultural Harvesting and
Microbiology Laboratory on November 2005 until March 2006.
The research was arranged in a Factorial Randomized Complete Design with
two treatments and three replications. The first treatment was the concentration of N
sources (0,25%, 0,50%, 0,75% and 1,00%), and the second treatment was the type of
N sources (mungbean extract, skimmed milk, and ammonium sulfate). The parameters
were total-N content, pH, total starch content, microorganism total, and hedonic test.
The results showed that N sources had significant effect on pH while types and
concentrations of N had significant effect on total soluable solid, total colony of
microorganism was only influenced by N concentrations. Hedonic test result showed
that panelists liked the colour, odor, and taste of the fermented pineapple juice.
PENGGUNAAN BAKTERI ASAM LAKTAT DARI TEMPOYAK PADA FERMENTASI SARI BUAH NANAS DENGAN PENAMBAHAN JENIS DAN KONSENTRASI SUMBER NITROGEN YANG BERBEDA
AGUS LENA. Penggunaan Bakteri Asam Laktat (BAL) dari Tempoyak pada Fermentasi Sari Buah Nanas dengan Penambahan Jenis dan Konsentrasi Sumber Nitrogen (N) yang Berbeda. (Dibimbing oleh NURA MALAHAYATI dan TRI WARDANI WIDOWATI).
Penyuluhan Perikanan
Pada tahun 2006 target yang ingin dicapai Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) yaitu produksi perikanan meningkat menjadi 7,7 juta ton atau 13 % yaitu 5,1 juta ton produksi perikanan tangkap dan 2,6 juta ton produksi perikanan budidaya. Konsumsi ikan tahun 2006, ditargetkan 28 kg per kapita per tahun serta penyediaan kesempatan kerja kumulatif 7,7 juta orang yang terdiri dari perikanan tangkap 3,8 juta dan 3,9 juta untuk perikanan budidaya (Anonim, 2006).
II. DASAR PERENCANAAN
2.1. Kondisi Lapangan
2.1.1. Kondisi Sumber Daya Alam
Salah satu wilayah yang memiliki potensi wilayah pesisir adalah Kecamatan Kedung. Kecamatan Kedung ini terletak di sebelah selatan ibukota Kabupaten Jepara.
Kecamatan Kedung terdiri dari 18 desa dengan luas wilayah 4.306,281 ha (43,063 Km2), peta lokasi dapat dilihat pada Lampiran 2. Desa yang memiliki potensi lahan untuk perikanan terdapat 6 Desa yaitu Desa Tanggul Tlare, Surodadi, Kedung Malang, Panggung, Kalianyar, dan Bulak Baru.
PENGARUH JUMLAH EKSPLAN DALAM BOTOL DAN KONSENTRASI EKSTRAK TOMAT PADA MEDIA VACIN DAN WENT TERHADAP PERTUMBUHAN PLANLET ANGGREK
ABSTRACT
A study about effect of number of explants in bottle and concentration of tomato extract at Vacin and Went media on orchid plantlet (Dendrobium roserie / Libeth Schluter X Dendrobium / Lasianthera gouldii), had been done since May 21st until November 21st, 2005 in Mertoyudan UPTD Laboratory, Mertoyudan Village, Mertoyudan District, Magelang Regency with the altitude is 360 m above the sea level.
The method of experiment is factorial (3×3) with completely randomized design and five replications. The first factor is number of explants in bottle: 15, 25 and 35. The second factor is concentration of tomato extract; 100, 150 and 200 g/l.
The result shows that an increasing number of explants in bottle until 27,3 – 27,8 explants is able to increase length of roots, number of leaves and fresh weight of plantlet. Concentration of tomato’s extract until 151,7 – 163,1 g/l is able to increase height of plantlet, length of roots, number of leaves and fresh weight of plantlet. The increasing number of explants in bottle gives no differences at an increasing concentration of tomato extract on all parameters.
INTISARI
Penelitian mengenai pengaruh jumlah eksplan dalam botol dan konsentrasi eks-trak tomat pada media versi Vacin dan Went terhadap pertumbuhan planlet anggrek (Dendrobium roserie / Libeth schluter X Dendrobium / Lasianthera gouldii), telah di-laksanakan mulai 21 Mei hingga 21 November 2005 di Laboratorium UPTD Mertoyu-dan, Desa Mertoyudan, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang dengan ketinggi-an 360 meter di atas permukaan laut.
KAJIAN PERUBAHAN FISIK-MEKANIK LAPISAN TANAH PADA KEDALAMAN 20-40 CM DI LAHAN SAWAH SETELAH PEMADATAN DENGAN KOMPAKTOR 12 KG
Penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan perubahan aktual karakteristik fisik-mekanik tanah lapisan bajak 20-40 cm dibawah lapisan lumpur lahan padi sawah akibat pemadatan menggunakan kompaktor tangan 12 kg. Penelitian dilaksanakan di kampung Bojong, desa Cikuya, kecamatan Cicalengka, kabupaten Bandung. Tanah penelitian teridentifikasi sebagai lempung anorganik dengan plastisitas tinggi. Penelitian dilaksanakan menggunakan metode percobaan dengan analisis deskriptif untuk menggambarkan perubahan parameter yang diamati yakni; berat volume kering (BD), porositas (n), tahanan penetrasi (CI), kekuatan
geser tanah (T), permeabilitas (hc), dan perkolasi (P) akibat beberapa tingkatan energi pemadatan menggunakan jatuhan kompaktor tangan 12 kg pada lapisan bajak. Hasil penelitian menunjukkan terjadi beberapa kisaran peningkatan; BD dari 1,05 hingga 1,31 g/cm3, CI dari 3,28 hingga 4,26 kgf./cm2, dan T dari 0,1647 hingga 0,2006 kgf./cm2, sedangkan porositas, permeabilitas dan perkolasi menurun dengan kisaran dari 0,57 hingga 0,47, 7,6 hingga 3,6 mm/hari dan 8,7 hingga 3,5 mm/hari.
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lapisan padat (plow sole) berfungsi sebagai lapisan pijak dan lapisan penahan laju perkolasi vertikal pada lahan sawah. Berdasarkan fungsinya tersebut, lapisan padat harus memiliki sifat yang relatif kedap air dan mampu mendukung beban di atasnya. Menurut Motomura dalam Sapei (1990) lapisan padat yang yang baik memiliki tahanan penetrasi di atas 6 kgf/cm2.
RANCANGBANGUN MODEL MESIN PENGERING
ABSTRAK
Arie Hilman. 2005. Rancangbangun Model Mesin Pengering Bulu Domba Tipe Fluidized Bed. Dibawah bimbingan Dadi Rusendi, Ir. MSc dan Sudaryanto, Ir., MP.
Pemanfaatan ternak domba di pedesaan biasanya hanya untuk produksi daging, hewan aduan, kulit, dan bulu. Bulu domba merupakan salah hasil dari peternakan domba yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Pada proses pembuatan kerajinan bulu domba dikenal adanya proses pencucian bulu.
Umumnya pengeringan bulu domba dilakukan secara tradisional yaitu dengan penjemuran. Pengeringan dengan cara ini masih memiliki beberapa kendala dan kekurangan. Dengan adanya kendala tersebut maka diperlukan penggunaan mesin pengering. Salah satu keuntungan dari penggunaan mesin pengering yaitu suhu dapat diatur dan kadar air bulu domba dapat merata, proses pengeringan tidak terikat oleh cuaca, dan waktu pengeringan yang lebih pendek. Berdasarkan kondisi tersebut alternatif teknologi yang dapat diaplikasikan adalah dengan membuat mesin pengering yang cocok dengan memperhatikan sifat dan karakteristik bulu domba.
Hasil uji sifat fisik dan aerodinamik bulu domba menghasilkan data-data sebagai berikut : diameter ekivalen rata-rata 1,50±0,22 mm, sudut curah 41,71±1,10°, densitas kamba rata-rata 0.069±0,001 g/mL, densitas massa rata-rata 0,040±0,004 g/mL, porositas rata – rata 0,43±0,06, kadar air setelah perendaman rata-rata 67 persen basis kering, kecepatan terminal rata-rata 2,71±0,68 m/s, koefisien hambat rata-rata 0,6±0,000, hasil dari analisis teknik dan fungsional mesin mempunyai dimensi 0,3 m x 0,3 m x 1,45 m ( p x l x t ), kapasitas efektif pengeringan rata-rata 0,88 kg/jam, kecepatan udara minimum fluidisasi 6,54 m/s, daya kipas peniup 439,55 W, daya pemanas 1.000 W, suhu pengeringan rata-rata 40 oC, kecepatan udara pengeringan rata-rata 2,67 m/s, lama pengeringan rata-rata 30 menit, biaya produksi mesin Rp. 1.231.000
Kata Kunci : Mesin Pengering, Fuidized Bed, Bulu Domba
ABSTRACT
Arie Hilman. 2005. Design and Development Fluidized Bed Dryer Model Machine for Wool supervised Dadi Rusendi and Sudaryanto.
Sheep rearing in rural area is usually aimed just for meat production, fighting event, leather, and wool. The wool has high economic value such as hand crafting . Prior to further processes, the wool should be washed makes it wet and hence, should be quickly dried.
Generally, wool is traditionally dried under the sun that effected the quality, particularly in rainy season. The application of artificial drier is needed due to several advantages, i.e. : temperatur control, uniformity of moisture content, independent of weather, and shorter the drying time. Based on the mention above condition, a technology to be applied is design a fluidized bed drier that matched with the characteristic of the wool.
The results of physical and aerodinamic properties of the wool indicated that the mean equivalent diameter 1.50±0.22 mm; the mean angle of repose 41.71±1.10°, the mean bulk density 0.069±0.001 g/mL, the mean mass density 0.040±0.004 g/mL, the mean of porosity 0.43±0.06, the mean initial moisture content 67 per cent at dry basis, the mean terminal velocity 2.71±0.68 m/s, the mean drag coefficient 0.6±0.000, The results of technical analysis and functional test of the drier showed that the machine had a dimention of 0.3 m x 0.3 m x 1.45 m ( l x w x h ), the effective drying capacity was 0.88 kg/hour at drying air temperature of 40 oC; the minimum fluidaized air velocity and the drying air velocity were 6.54 m/s and 2.67 m/s, respectively; the power consumption for blower and heater were 439.55 and 1,000 Watt; while the average of drying time was 30 minutes. In Addition, the manufacturing cost of the drier was Rp. 1,231,000.
Keyword : Drier, Fluidized Bed, Wool.
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hakekat dasar pembangunan dan pengembangan industri kerajinan dalam negeri adalah memenuhi kebutuhan pasar, menghasilkan devisa bagi negara dari ekspor non migas, memperluas kesempatan kerja, serta pemerataan pembangunan ke daerah – daerah.